Wanita tidak menikah paling beresiko terinfeksi 
SURABAYA-  Kanker payudara telah menjadi pembunuh nomor dua bagi wanita setelah  kanker serviks (mulut rahim). Bahkan di Surabaya  angka penderitanya  juga terus melonjak. Wanita tidak menikah dan wanita menikah yang  tingkat keseringan melakukan seksnya rendah (jarang) ternyata berisiko  tinggi terkena kanker payudara. Apalagi jika secara genetis memiliki  keluarga satu darah yang telah terinfeksi kanker.
Dokter   RS Onkologi Surabaya dr Sundari Manoppo menyebutkan, berdasarkan data  dari Rumah Sakit Onkologi Surabaya, angka insiden penderita kanker  payudara di Kota Surabaya semakin meningkat. Jika tahun 2007, jumlah  penderita mencapai 188 orang pasien. Tahun berikutnya (2008), angkanya   bertambah menjadi 363 orang. Sementara di tahun 2010 ada penderita  kanker payudara mencapai 564 orang. Sedangkan memasuki tahun 2011,  posisi enam bulan pertama (Januari-Juni) sudah sekitar 232 orang. “Dan  75 persen di antaranya karena tidak menikah dan rutinitas seksnya rendah  karena telah bercerai atau ditinggal mati suaminya,” kata Sundari,  Senin (17/10).
Dijelaskan, payudara sendiri  dalam ilmu medis secara fisiologis berfungsi untuk menyusui, tanda  seksual sekunder, pengatur hormonal serta keindahan atau daya tarik.  ”Jadi jika fungsinya tidak dimaksimalkan sedemikian rupa maka kanker  bisa merasuk ke jaringan atau organ di dekatnya,” terangnya.
Menurut  dia,  wanita yang tidak menikah berisiko tinggi karena dia tidak  melahirkan dan menyusui. Padahal mereka yang menyusui secara aktif  memperlancar sirkulasi hormonal. “Karena itu, faktor risiko bagi wanita  yang tidak menikah dan tidak menyusui lebih besar ketimbang wanita yang  sudah menikah dan menyusui,” tuturnya.
Sementara  kelancaran sirkulasi hormonal ini juga dipengaruhi dengan tingkat  keseringan melakukan aktivitas seks. Semakin sering wanita melakukan  hubungan seks maka sirkulasi hormonal akan semakin baik dan semakin  sedikit juga risikonya terhadap penyakit kanker payudara. “Justru wanita  yang sedikit melakukan aktivitas seks, semakin rentan terkena penyakit  kanker payudara. Namun wanita yang melakukan seks beda pasangan serta  tidak menjaga higienitasnya, juga rentan terserang virus HPV, yang bisa  memunculkan kanker mulut rahim,” terangnya.
Wanita Obesitas
Selain  faktor-faktor di atas, wanita yang rentan terkena kanker payudara, ia  sebutkan,  wanita gemuk atau obesitas. Selain disebabkan faktor  hormonal, obesitas juga memengaruhi metabolisme di dalam tubuh. “Wanita  harus memperhatikan berat tubuhnya agar tidak terlalu gemuk,” tuturnya. 
Disebutkan  pula, jika kanker payudara dapat diketahui secara dini kemungkinan  sembuh itu ada. “Caranya bisa diraba sendiri, tangan kanan memegang  payudara kiri begitu pula sebaliknya. Lakukan perlahan untuk merasakan  ada tidaknya benjolan. Kalau ingin lebih pasti, baiknya rutin check up  ke dokter,” paparnya. 
Sedangkan soal  pendeteksian, sekarang ada alat bernama mammograf yang dapat mengetahui  keberadaan kanker meski ukurannya masih 1 mm. “Jadi kita tidak usah  bingung lagi karena mammograf dapat mendeteksi walau masih masa  pra-kanker,” tukasnya.
Selain mendeteksi, ada  baiknya perempuan Indonesia mencegah kanker payudara dengan mengonsumsi  makanan sehat mengandung banyak antioksidan. “Bisa dari sayur atau  buah-buah,” ujarnya. Tak lupa ia juga mengingatkan, untuk tidak percaya  dengan pengobatan alternatif supaya bisa sembuh dengan biaya lebih  murah. Karena cara tersebut oleh dianggapnya solusi konyol. “Karena  pasien yang datang ke tempat alternatif, 99% biasanya akan balik lagi ke  rumah sakit dengan tingkat stadium lebih tinggi dari awal mereka  datang. Pengobatan alternatif, tidak punya dasar medis untuk  menyembuhkan kanker payudara,